Soekarno menjadi seseorang yang memperjuangkan persatuan dalam gerakan nasionalis yang terpecah-belah. Oleh sifatnya yang mudah bergaul, dalam hubungan-hubungan pribadi ia lebih suka mencari persahabatan daripada pertentangan.Orang cenderung terjebak untuk menilai Soekarno sebagai seseorang yang bersifat khas Timur. Ia sendiri juga suka memberi kesan ini. Ia menggali pengertian dasar dari konsep-konsep politiknya, seperti musyawarah dan gotong royong, dari tradisi lama daerah pedesaan. Ketika sudah menjadi presiden ia juga menampilkan diri sebagai seorang bapak, seorang kepala keluarga, yang menurut adat orang Indonesia, harus di hormati dan di patuhi. Namun gagasan-gagasan yang di kembangkan Soekarno dalam sebagian besar tulisannya, sebenarnya untuk sebagian besar mengutip ilmuwan Barat. Dua doktrin politik peninggalannya membuktikan dalil ini : Marhaenisme dan Pancasila. Marhaenisme Soekarno merupakan campuran dari ide Marx mengenai proletariat kaum buruh dan ide Bakoenin mengenai peran petani kecil dalam revolusi. Dan, ideologi negara Indonesia, Pancasila, untuk sebagian besar terdiri dari konsep-konsep Barat di mana salah satunya, keadilan sosial, agaknya di ambil dari ensiklik Paus.
Soekarno adalah seprang nasionalis dengan cara berfikir Barat, tetapi ia bisa menyampaikan gagasannya dalam metafora yang di petik dari epik dan lirik cerita wayang, yang mudah dimengerti dan terasa meyakinkan oleh massa pengikutnya yang kurang terpelajar. kemampuan Soekarno sebagai seorang orator yang tiada tandingannya itulah yang mnjadikan kharismanya yang begitu khas, ia di cintai rakyat. Yang menarik ialah bahwa hampir tidak ada orang yang bisa menyaingi kedudukan Soekarno sebagai pemimpin. Kedudukannya sebagai ketua Perhimpunan Indonesia, Soekarno mendapat ketenaran nasional dengan pidato pembelaannya "Indonesia menggugat!" di depan Pengadilan Negeri Bandung.
Ketika Jepang membebaskannya dari pengasingan, dan Soekarno dalam bulan Juli 1942 kembali ke Jawa, ia menjadi harapan dari ketiga aliran utama dalam masyarakat Jawa: golongan priayi, golongan abangan, dan para santri. Hatta dan Sjahrir yang kurang mengenal kebudayaan Jawa, tidak ada pilihan lain selai menerima Soekarno sebagai pemimpin gerakan nasionalis.
Kita juga patut mengagumi cara Soekarno telah beroprasi dalam masa tahun 1945-1950,yang oleh bangsa Indonesia di sebut masa Revolusi. dalam masa Revolusi ia tampil sebagai seorang dalam politik yang bermain di belakang layar.
di Jakarta Soekarno mendapat sambutan yang luar biasa. Oleh karena di mata rakyat Indonesia Bung Karno sebenarnya menjanjikan sebuah negara kesatuan dari Sabang ke Merauke, yang merdeka PENUH. jadi bagi dia "Revolusi nasional sama sekali belum selesai, dan revolusi sosial masih harus di mulai".
Java 06 Februari 2011
Catur//inspire dari//SOEKARNO Biografi 1901-1950 "Lambert Giebels".
juga hal seperti itulah yg membuat dia dianggap orang sebelah kiri..
BalasHapus