Berkisah dari seorang bocah yang bernama Udin. Bocah berusia cukup muda ini masih mengejar cita-cita dan masa depan di bangku perkuliahan. Udin adalah anak tunggal dari pernikahan yang hancur, dimana dalam pemikiran Si Udin selalu mengembangkan imajinasiNya untuk menyelesaikan satu permasalahan. Pada dasarnya Udin memang bukan dari keluarga yang berlatar belakang kolongmerat, namun pemikirannya yang dewasa membuat hidupnya bagai orang yang berkelimpahan harta. Udin mempunyai seorang sahabat yang bernama Ucok. Udin bersahabat dengan Ucok sejak menginjak bangu kelas 1 SMA . masalah Ucok pasti akan jadi masalah Udin juga namun belum tentu sebaliknya.
Udin selalu membela ucok dalam hal apapun walaupun tak banyak yang Udin bisa perbuat untuk Ucok.karena sebuah ikatan yang Udin anggap lebih dari teman, jadilah mereka bersahabat. Kemanapun ada Udin selalu ada Ucok begitu juga sebaliknya. Terkadang Ucok yang berlatar belakang dari keluarga terbilang kaya ini membuat Udin iri hati dan ingin memiliki apa yang di ingini Ucok, namun pada dasarnya Udin memang seorang bocah yang berhati besar. Perasaan iri hati bisa Udin hancurkan dengan jiwa`nya yang begitu besar untuk menerima kenyataan. Dari hal sekecil ini bisakah kita bersikap dan berperilaku seperti Si Udin?
4 tahun lebih Udin dan Ucok selalu mengisi hari-hari yang terkadang sepi. Mereka saling melengkapi di sela waktu yang tersisa untuk mengakhiri hari. Dari sikap persahabatan mereka terkadang ada satu hal yang seharusnya tidak bleh ada dalam hubungan persahabatan, yaitu “memanfaatkan”. Memang benar Ucok selalu bersama-sama dengan Udin, dan hampir dalam segala hal mereka selalu ada berdua namun di sisi lain Ucok susah untuk bersikap peduli seperti Udin. Tanpa Udin sadari ia termakan politik persahabatan yang seharusnya menjadi indah. Masalah Ucok adalah masalah Udin juga akan tetapi masalah Udin belum tentu di permasalahkan oleh Ucok. Sikap seperti inlah yang seharusnya di lenyapkan dari hubungan persahabatan.
Singkat cerita….
Pada satu masa mereka di pertemukan dengan moment yang begitu mencekam. Moment dimana mereka akan saling menyerang satu sama lain, namun Udin tak menyadari hal itu karena sikap Udin yang selalu ikhlas dan lapang dada. Dan memang benar nasib tlah mempertemukan mereka pada pertempuran di tepi jalan. Hanya karena salah paham Ucok tewas di genggaman Udin tanpa di sengaja. Udin yang hidup sebatangkara dengan Ibunya hanya berprinsip bertahan hidup untuk menjaga Ibunya. Satu perkataan dari pihak lain yang mengacaukan Ucok untuk membenci Udin membuat Ucok dan Udin di pertemukan dalam pertempuran simpang jalan itu.
“Ucok ingin menikam Udin dari belakang dengan menggunakan belati, Udin yang bermakhsud menjaga diri menikamkan kembali belati itu tepat di kepala Ucok yang membuat Ucok pendarahan dan tak tertolong lagi. Tanpa Udin sadari orang yang di tikamnya itu adalah sahabatnya sendiri yang selalu ada di sela waktu. Seharusnya Udin bertanya dan merasa kecewa karena sahabat yang selama ini ada berniat menikamnya dengan belati malam itu, namun dengan keikhlasan serta sikap lapang dada yang Udin miliki..Udin menyerahkan diri ke pihak berwajib dengan membawa segenggam kenangan persahabatan”
Terkisah dari salah satu kenyataan yang ada…
In Memory Ucok…
By : Catur.Ws
Tidak ada komentar:
Posting Komentar