Untuk Mereka

Senin, 26 September 2011

Senja di perbukitan itu (in memories)


                Jujur saja enggan rasanya hati ini melepas keindahan yag ku dapatkan yang mungkin hanya sementara. Tapi aku sadar bahwa keindahan hanyalah milik Tuhan yang sekejap di perlihatkan untuk kesadaran mata hati`ku. Keindahan selama ini hanyalah sesuatu yang tab uterus mengalir menjadi sesuatu yang membiru lalu bisu. Disini aku duduk sejenak membuka teknologi masa kini, mulai memainkan jari-jari`ku dan segala suara yang harus ku ungkapkan. Suara dari balik bukit menyadarkan aku akan kemurnian yang harus di jaga, namun kemurnian diri`ku lenyap sejak aku mengenal apa arti dari jati diri. Tanpa ku sadar jati dirilah yang sesungguhnya membawa aku dalam jalan yang mulai sempit.
                Disini ku sadari akan luasnya dunia yang dapat ku jajaki dengan tekad dan nurani. Keberanian hanyalah sebagian kecil modal untuk sampai di sini. Tekad hanyalah secuil pikiran demi mendapatkan sekeping tanah perjanjian. Ini arti dari dalamnya janji, jiwa yang mulai merapuh tak lagi dapat menghalangi setiap mimpi dengan segenap tangis, teriak, luka, darah, bahkan nyawa. Sendiri… bukan alas an untuk mengucap rasa takut dan samar. Dimana aku berada, disinilah aku merasakan seperti indah hangat rumah walau tak serupa. Bumi ini rumah kita dan langit ini persinggahan kami yang sementara saja. Awan biru di pagi hari, hijau bukit-bukit kecil yang membentang, angin yang hening, langit jingga di sore hari, namun kecil aku disini berpijak.
                Teman, dapatkah kau bayangkan sebandingkah kita dengan semesta ?. bernyanyilah sekencangnya dan lebih besar suara alam yang menghempaskan kami. Lalu aku berteriak, kemudian aku diam, aku melemparkan sekeping batu alam ke bawah namun sedikitpun tak ada jejak suaranya, kembali aku berteriak lalu sehelai daun kering menampar muka kusam ini. Adakah pepohonan di sekitaar sini ?. TIDAK. Adakah gereja di ketinggian seperti ini ? TIDAK. Hanyalah jiwa`mu yang terjaga oleh kuasa Tuhan di atas sini. Ku tadahkan tangan sejenak sebelum aku mengeluarkan isi hati.

                Lalu ku bayangkan sejenak “bagaimana fantasinya, jika aku melompat ke bawah sana…” J


Salam manis untuk`Mu Bunda……… ------------------------à Aku Pulang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar